Design Thinking Process (DTP) menggunakan Stanford Model (NYPi Short Course)

 

Design Thinking Presentation by Mr. Yoon Eng Tong (NYPi Lecturer)

Penulis berkesempatan mengikuti STEM and Digitalisation Key Teachers Course kerjasama Temasek Foundation, Nanyang Polytechnic International (NYPi) Singapura, dan Majelis Pendidikan Dasar, Menengah dan Pendidikan Non Formal Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kegiatan ini dilaksanakan 5-8 September 2023. Penulis bersama 33 peserta lainnya dari perwakilan guru Muhammadiyah lainnya sangat beruntung dapat belajar langsung di NYPi dengan dosen-dosen dan praktisi pendidikan di Singapura.

Artikel ini merupakan catatan reflektif materi yang penulis peroleh di hari kedua (Rabu, 6 September 2023) bersama Mr. Yoon Eng Tong (Senior Lecturer NYPi) terkait dengan Design Thinking Process. Mr. Yoon memulai dengan memberikan gambaran umum perbedaan traditional vs design thinking beserta prinsip-prinsipnya.

Design Thinking

Design Thinking adalah suatu metode untuk memecahkan masalah yang fokus pada pemahaman mendalam tentang pengguna dan menciptakan solusi yang inovatif. Design thinking berbeda dengan traditional thinking. Beberapa perbedaan yang mendasar adalah sebagai berikut:

Aspek

Traditional Thinking

Design Thinking

Pendekatan terhadap masalah

Pendekatan tradisional seringkali lebih berfokus pada mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang sesuai. Ini sering dilakukan berdasarkan pemahaman atau pengetahuan yang telah ada.

Design Thinking lebih berfokus pada pemahaman mendalam tentang masalah melalui perspektif pengguna. Prosesnya dimulai dengan empati terhadap pengguna dan upaya untuk memahami pengalaman dan kebutuhan mereka.

Proses

Traditional thinking seringkali melibatkan langkah-langkah berurutan yang diikuti secara linear. Proses ini sering terstruktur dan terkendali.

Design Thinking adalah pendekatan iteratif yang terus-menerus mengulang siklus pemahaman, ideasi, prototyping, dan pengujian. Ini memungkinkan perubahan dan penyesuaian berdasarkan umpan balik yang diperoleh.

Penggunaan Kreativitas

Meskipun kreativitas dapat digunakan dalam pemecahan masalah tradisional, itu mungkin tidak menjadi fokus utama. Pendekatan ini lebih cenderung pada solusi yang teruji dan terbukti.

Kreativitas adalah bagian integral dari Design Thinking. Proses ini mendorong pemikiran kreatif, ide-ide inovatif, dan eksperimen.

Orientasi Pengguna

Kadang-kadang dapat kurang berfokus pada pengguna akhir. Solusi sering dibuat berdasarkan asumsi atau kebutuhan yang terlihat, tanpa pemahaman yang mendalam tentang pengguna.

Design Thinking sangat berorientasi pada pengguna. Pemahaman mendalam tentang pengguna dan upaya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan mereka adalah fokus utama.

Resiko dan Kegagalan

Pendekatan tradisional sering berusaha untuk menghindari risiko dan kegagalan. Solusi biasanya dirancang untuk memiliki hasil yang dapat diprediksi.

Design Thinking memandang risiko dan kegagalan sebagai bagian dari proses kreatif. Ini memungkinkan eksperimen dan inovasi yang lebih besar.

Hasil Akhir

Hasilnya sering lebih stabil dan terukur. Solusi sering didasarkan pada praktik terbaik yang telah ada.

Hasilnya lebih cenderung inovatif dan mungkin kurang terukur dalam jangka pendek, tetapi dapat menghasilkan perubahan yang lebih signifikan dalam jangka panjang.

Prinsip-prinsip Design Thinking

Prinsip-prinsip Design Thinking adalah panduan dasar yang membantu dalam mengadopsi pendekatan ini untuk pemecahan masalah dan inovasi. Meskipun ada variasi dalam cara prinsip-prinsip ini dirumuskan oleh berbagai sumber, berikut adalah beberapa prinsip umum Design Thinking:

Fokus pada Pengguna (User-Centered):

Prinsip ini menggarisbawahi pentingnya memahami dan berempati dengan pengguna akhir. Pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan, harapan, dan pengalaman pengguna adalah inti dari Design Thinking.

Pemahaman yang Mendalam (Empathy):

Empati adalah kunci dalam memahami pengguna. Design Thinkers harus berusaha untuk melihat dunia melalui mata pengguna, merasakan perasaan mereka, dan mendengarkan dengan teliti.

Iterasi dan Percobaan (Iterative and Experimental):

Design Thinking adalah pendekatan yang iteratif, yang berarti Anda akan terus-menerus mengulang siklus pemahaman, ideasi, prototyping, dan pengujian. Ini memungkinkan perbaikan berkelanjutan dan inovasi.

Kolaborasi Tim yang Beragam (Collaborative and Cross-Disciplinary):

Melibatkan berbagai disiplin ilmu dan perspektif dalam tim dapat menghasilkan ide yang lebih inovatif. Kolaborasi adalah kunci untuk memecahkan masalah yang kompleks.

Fokus pada Solusi Nyata (Focus on Tangible Solutions):

Menciptakan prototipe fisik atau solusi yang dapat dilihat dan dirasakan oleh anggota tim dan pengguna dapat membantu dalam menguji dan mengembangkan ide dengan lebih baik.

Berani Menghadapi Kegagalan (Embrace Failure):

Design Thinking menganggap kegagalan sebagai bagian dari proses inovasi. Ini mendorong tim untuk tidak takut mencoba hal-hal baru dan belajar dari kesalahan.

Pendekatan Terbuka (Open-Minded):

Design Thinkers harus memiliki pikiran terbuka terhadap berbagai ide, bahkan jika mereka tampaknya tidak mungkin pada awalnya. Ini mendorong pemikiran kreatif.

Berfokus pada Masalah Sebelum Solusi (Problem-Centric):

Sebelum menciptakan solusi, Design Thinking menekankan pentingnya merumuskan masalah dengan baik. Solusi harus sesuai dengan masalah yang benar-benar ada.

Prototipe Cepat (Rapid Prototyping):

Membuat prototipe dengan cepat memungkinkan untuk menguji ide-ide dengan cepat dan mendapatkan umpan balik dari pengguna. Ini dapat membantu dalam perbaikan iteratif.

Konteks dan Lingkungan (Contextual and Environmental):

Memahami konteks dan lingkungan di mana pengguna beroperasi adalah penting dalam menciptakan solusi yang relevan dan bermanfaat.

Penulis berfoto bersama Mr. Yoon Eng Tong (Dok. Pribadi)

Model Design Thinking Stanford

Mr. Yoon menjelaskan salah satu model Design Thinking yang dapat digunakan adalah Model Design Thinking Stanford yang juga dikenal sebagai "d.school model," yang terdiri dari lima tahap utama:

Empati (Empathize):

Fase ini berkaitan dengan memahami pengguna dan masalah mereka. Tim mendengarkan pengguna, mengamati pengalaman mereka, dan mencoba merasakan dunia mereka. Tujuan utamanya adalah mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang pengguna dan permasalahan yang dihadapinya.

Mendefinisikan (Define):

Setelah memahami pengguna dan masalahnya, langkah selanjutnya adalah merumuskan permasalahan secara jelas dan terinci. Tim merangkum wawasan yang diperoleh dari tahap Empati menjadi pernyataan masalah yang dapat dipecahkan.

Ideasi (Ideate):

Tahap ini melibatkan pembuatan ide-ide kreatif untuk mengatasi permasalahan yang telah didefinisikan. Tim mengadakan sesi brainstorming di mana mereka menghasilkan berbagai gagasan tanpa penilaian awal. Tujuan adalah menghasilkan sebanyak mungkin ide, bahkan yang terlihat tidak mungkin pada awalnya.

Pembuatan Protitipe (Prototyping):

Dalam tahap ini, tim membuat prototipe sederhana dari ide-ide yang paling menjanjikan dari tahap Ideasi. Prototipe ini bisa berupa model fisik, gambar, atau bahkan simulasi. Prototipe digunakan untuk menguji dan menguji konsep secara cepat dan murah.

Pengujian (Testing):

Tahap terakhir adalah menguji prototipe dengan pengguna untuk mendapatkan umpan balik. Tim mengumpulkan data tentang bagaimana pengguna berinteraksi dengan prototipe dan apakah itu memecahkan masalah mereka. Hasil pengujian digunakan untuk memperbaiki prototipe dan mengembangkan solusi akhir.

Penulis menemukan insight dan perspektif baru dalam penggunaan Design Thinking dalam proses pembelajaran yang akan penulis lanjutkan dalam artikel berikutnya secara lebih spesifik dan mendalam.

Terimakasih Mr. Yoon., Terimakasih NYPi dan Muhammadiyah untuk kesempatan belajarnya.


Related

newsticker 380869371909701454

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow us !

My Channel

Trending

item